Hampir semua organisasi memiliki pemimpin. Dia bukan saja pemimpin secara formal, tetapi juga disegani sekaligus disegani. Apapun kata dia, semuanya sendika dhawuh, alias oke saja. Dia selalu mendapat dukungan semua pihak.
Persoalan timbul, manakala dia harus berpindah untuk memimpin satu tim baru, atau bahkan hengkang. Sementara, tak satupun kader yang disiapkannya. Akibatnya, anak buahnya kelabakan, bak anak ayam ditinggal induknya. Jika sudah begini, benarkah dia pemimpin idaman? “Tidak. Dia hanya memanipuilasi dan mengeksploitasi kesetiaan anak buahnya untuk dirinya sendiri,” ujar Tag Goulet, CEO Fabjob.com, sebuah situs karier dan penerbit e-books mengenai pekerjaan.
Pada prinsipnya, semua individu mampu menjadi pemimpin. Persoalannya hanyalah, “Apakah dia mau belajar atau tidak untuk menjadi pemimpin yang baik,” ujarnya.